Mahasiswa IPB Kembangkan Bisnis Patin Rempah Tropika

Mahasiswa IPB Kembangkan Bisnis Patin Rempah Tropika

mahasiswa-ipb-kembangkan-bisnis-patin-rempah-tropika-news
Riset

Melihat potensi usaha ikan patin yang terus berkembang ini, empat orang mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB) yang tergabung dalam tim Program Kreativitas Mahasiswa bidang Kewirausahaan (PKM-K) yang terdiri dari Nanda Shafira (ketua), Nyono Warsito, Annisa Wiwik Widiastuti, dan Ovie Afifatuzulfa membuka Rumah Pa’le.

 Rumah Pa’le merupakan sebuah inovasi bisnis pengolahan ikan patin dengan melakukan diversifikasi produk.  Selain itu, limbah pengolahan ikan patin seperti kulit, tulang dan bagian lainnya yang umumnya tidak dimanfaatkan dapat dijadikan produk olahan yang dapat menghasilkan profit atau menggunakan konsep zero waste.

 “Jadi sebenarnya rumah Pa’le itu rumah produksi pengolahan ikan mulai dari patin dan lele. Atas saran dosen pembimbing sementara ini kita fokus ke ikan patin dulu, tapi nanti juga bakal kita kembangkan lebih luas,” tutur Nanda.

Kenapa memilih patin karena ikan patin masih belum terekspose dan nilai proteinnya lebih tinggi. Belum banyak dimanfaatkan, sementara pembudidayanya banyak dan peminatnya masih kurang. “Sebagai upaya mendukung gerakan ayo makan ikan, saya melihat ikan patin berpeluang besar untuk dilakukan pengembangan usaha,” ujar Nanda.

Tim PKM-K ini membuat tiga macam produk olahan berbahan dasar ikan patin yaitu “Frozen dori” (fillet ikan patin berbumbu tropika siap masak), “Kerika” (Kerupuk Dori Rempah Tropika siap makan) dan “Kulika” (Kerupuk Kulit Dori Rempah Tropika siap makan). Keunikan dari produk ini terletak pada bumbu yang digunakan. Nanda coba berinovasi pada tiga produknya dengan menggunakan bumbu rempah tropika dengan rasa yang mendunia seperti bumbu original, bumbu rendang, bumbu gulai, bumbu asam pedas, bumbu balado, dan bumbu kari hijau (green curry).

 ”Kenapa bumbu rempah tropika karena bumbu rempah tropika itu khas bumbu Indonesia dan kuat rempahnya. Ini juga cara kita untuk menghilangkan bau amis dari patin untuk mengekspose bumbu rempah khas indonesia ke orang. Soalnya orang bule aja udah banyak yang suka dengan bumbu-bumbu rempah gitu,” tutur mahasiswi IPB tersebut. Inovasi tersebut akan membuat masyarakat lebih tertarik untuk mengkonsumsi ikan serta lebih meningkatkan kecintaan masyarakat terhadap produk Indonesia dan mengeksplor kekayaan rempah-rempah Indonesia.

Dalam konsep bisnisnya tim PKM ini memiliki konsep yang unik seperti yang diungkapkan Nanda, “Konsep bisnisnya itu, kita ingin rumah pa’le menjadi rumah masa depan. Maksudnya, kita bisa membantu mensejahterakan pembudidaya patin, mengurangi tingkat pengangguran. Jika kedepannya sukses insyaAllah pengen rekrut banyak orang, kita menerapkan konsep bahagia, maksudnya disini saya pengen yang kerja di Rumah Pa’le rumah masa depan ini semua karyawan semua segala macam seperti keluarga gitu,” ungkap mahasiswi Departemen Budidaya Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB tersebut.

Produk Rumah Pa’Le dipasarkan dengan berbagai macam harga. Daging fillet bumbu tropika dijual berdasarkan tiga jenis ukuran, yaitu 150 gram dengan harga Rp 15 ribu, 300 gram dengan harga Rp 28 ribu, dan 500 gram dengan harga Rp 40 ribu.  Kerika dengan tiga jenis ukuran yaitu 100 gram, 250 gram, dan 500 gram dengan masing-masing harga Rp 7.500, Rp 18 ribu, dan Rp 35 ribu untuk rasa original dan Rp 8 ribu, Rp 20 ribu dan Rp 37 ribu, untuk semua rasa rempah tropika. Sedangkan untuk produk ”Kulika” dengan dua jenis ukuran, yaitu 100 gram dan 250 gram dengan masing-masing harga Rp 7.500 dan Rp 18 ribu untuk rasa original, serta Rp 8 ribu dan Rp 20 ribu, untuk semua varian rasa rempah tropika.

Dengan harga tersebut mahasiswa dan masyarakat dapat menikmati makanan dan cemilan khas Indonesia yang sehat dan bergizi dengan harga yang terjangkau. Produk Rumah Pa’le dapat dipesan melalui media sosial yang tersedia seperti instagram (@rumah.pale) atau dengan memesan langsung di Rumah produksi Pa’le, yang berada di Perumahan Dosen Institut Pertanian Bogor, Dramaga, Bogor, Jawa Barat. (IRM/ris)