Guru Besar IPB: Agroforestry, Masa Depan Pemanfaatan Lahan Hutan Produksi
Guru Besar Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr. Nurheni Wijayanto dalam jumpa pers pra orasi di Kampus IPB Baranangsiang Bogor, Kamis (4/8), mengatakan total luas hutan produksi di Indonesia yang tidak ada pengelolanya (terlantar) 31,6 juta hektar. Luas lahan kritis sampai dengan tahun 2013 seluas 24.303 juta hektar sedangkan hutan tanaman yang ada, perkembangannya belum menggembirakan.
Kondisi ini mengakibatkan penurunan jumlah kayu yang dihasilkan sehingga terjadi ketimpangan antara ketersediaan kayu dengan kebutuhan yang diperlukan industri. Hasil kajian Forest Trends dan Koalisi Anti Mafia Hutan menyatakan kesenjangan persediaan kayu masih bertahan di angka 20 juta m3 (lebih dari 30%).
“Hutan produksi harus segera dipulihkan fungsinya. Namun di pihak lain ketersediaan pangan juga harus tercukupi. Salah satu pemecahannya adalah dengan memanfaatkan lahan hutan secara optimal dengan sistem yang disebut Agroforestry. Agroforestry di Indonesia telah lama dipraktikkan oleh masyarakat kita di berbagai daerah,” ujarnya.
Lahan hutan memberikan peluang untuk dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan pangan. Berbagai jenis tanaman pangan yang tidak tahan naungan dapat dibudidayakan di antara larikan pohon muda atau saat intensitas cahaya masih tinggi. Jenis tanaman tersebut antara lain kedelai, jagung, padi gogo, dan sorghum.
Untuk jenis tanaman pangan yang tahan naungan, mereka dapat dibudidayakan saat intensitas cahaya mulai menurun karena tajuk pohon telah mulai menutup. Jenis tanaman pertanian yang tahan naungan antara lain porang, arairut atau garut, gadung, dan gembili. Jenis tanaman kopi juga dapat dikembangkan di bawah tegakan tertentu.
Salah satu contoh agroforestry adalah penanaman pohon dan jagung, kayu putih dengan sorgum, pohon mahoni dengan padi. Salah satu agroforestry yang berhasil adalah penanaman pohon suren dan kopi Arabica di Bandung. Kopi Arabica hasil dari Bandung ini jadi juara pertama di Australia dan tahun sebelumnya juara di Amerika.
“Hasil penelitian menunjukkan agroforestry memberi pengaruh positif terhadap pertumbuhan dimensi pohon dan pembangunan hutan,” ujarnya.
Selain itu, untuk dunia peternakan, ada sistem peternakan alternatif dengan memanfaatkan lahan hutan untuk pengembangan ternak, yakni sistem silvopastur yang mampu meningkatkan produksi ternak dengan biaya rendah.
“Sistem silvopastur harus memanfaatkan lahan hutan terbuka, lahan tidur, dan lahan terlantar, serta memiliki potensi besar untuk dimanfaatkan sebagai budidaya ternak, budidaya pakan ternak dan budidaya pohon hutan,” tandasnya. (zul)