Guru Besar IPB : Teknik Kultur Antera Mampu Percepat Pemuliaan Padi
Guru Besar Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof.Dr. Bambang Sapta Purwoko dalam jumpa pers pra orasi di Kampus IPB Baranangsiang Bogor, Kamis (4/8), mengatakan proses pemuliaan tanaman membutuhkan waktu tujuh hingga delapan tahun untuk mendapatkan varietas unggul. Dalam upaya peningkatan produksi dan produktivitas padi, diperlukan percepatan perakitan varietas unggul.
Ia mengatakan kultur antera merupakan salah satu teknik kultur jaringan yang dapat mempercepat perolehan galur murni melalui tanaman dihaploid yang dihasilkan langsung pada generasi pertama dalam waktu kurang dari setahun. Dengan teknik ini program pemuliaan akan lebih pendek dan mempercepat proses seleksi.
Jika menggunakan teknik konvensional, dari persilangan biasa dibuat penyerbukan sendiri hingga 8 generasi. Untuk melepas varietas unggul diperlukan 7-8 tahun. Dengan kultur antera proses persilangan diperpendek menjadi hanya satu musim. Jadi hemat 7 musim dan untuk mendapatkan varietas baru hanya memerlukan waktu 3-4 tahun.
“Proses seleksi pada tanaman dihaploid menjadi efisien karena tidak lagi disukarkan oleh hubungan dominan-resesif seperti pada tanaman heterozigos, sehingga jumlah tanaman yang diseleksi pun jauh berkurang. Dengan aplikasi ini jumlah tanaman yang akan diseleksi jadi lebih sedikit sehingga tenaga dan lahan yang dibutuhkan lebih sedikit meskipun saat pengujian prosesnya sama. Oleh karena itu, aplikasi kultur antera juga dapat lebih menghemat biaya untuk tenaga kerja, sewa lahan dan waktu pemulia,” ujarnya.
Namun timbul pertanyaan, kenapa kultur antera padi tidak berkembang di Indonesia? Masalahnya ternyata pemuliaan padi di Indonesia umumnya berbasis hasil persilangan antar padi subspesies indica, sedangkan tanggap padi subspesies indica dan silangannya terhadap kultur antera sangat rendah, sehingga sukar mendapatkan tanaman hijau.
Untuk itu, melalui penelitian yang dilakukan sejak tahun 1999, hal itu bisa diatasi dengan penambahan 10-3 M putresin ke media induksi kalus dan regenerasi tanaman. Setelah teknik ini diperbaiki dan terbukti mampu meningkatkan tanaman hijau pada padi subspesies indica maka teknik ini segera diaplikasikan ke dalam program pemuliaan padi mulai tahun 2002.
Melalui teknik kultur antera ini, dalam waktu 2-3 tahun telah berhasil diperoleh galur-galur padi unggul. Diantaranya galur padi sawah dengan karakter tahan penyakit kresek yang diakibatkan bakteri hawae daun, toleran kekeringan dan salinitas. Selain itu ada juga galur-galur padi gogo toleran cekaman naungan, keracunan alumunium dan tahan penyakit blast daun.
“Varietas padi INPARI HBD yang dilepas tahun 2013 (diusulkan oleh BB Biogen) adalah hasil dari kultur antera. Ada satu lagi galur dihaploid padi gogo toleran naungan hasil kerjasama peneliti IPB dengan BB Biogen dan BB Padi yang sedang dalam proses pelepasan sebagai varietas,” ujarnya.
Berkat inovasi ini, Prof. Bambang meraih penghargaan 102 Inovasi Indonesia Paling Prospektif dari Kementerian Riset dan Teknologi tahun 2010 untuk karya inovasi “Pengembangan Galur-Galur Padi Baru melalui Teknik Kultur Antera untuk Ketahanan Pangan Nasional”.
“Teknik ini masih memiliki prospek yang cerah. Yakni mereduksi jumlah mutan yang akan diseleksi, percepatan perakitan varietas padi transgenik dan dalam analisis genetik, terutama untuk sifat-sifat yang kuantitatif,” ujarnya.(zul)