Guru Besar IPB: Menangkap Satu Burung Liar Sama Dengan Membunuh 10 Burung

Guru Besar IPB: Menangkap Satu Burung Liar Sama Dengan Membunuh 10 Burung

Prof-Ani
Riset

Guru Besar Tetap Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (Fahutan IPB), Prof. Ani Mardiastuti mengatakan membeli atau memelihara satu burung liar sama artinya dengan membunuh sepuluh burung liar lainnya. Hal ini disampaikannya saat jumpa pers Pra Orasi di Kampus IPB Baranangsiang Bogor, (28/1). Prof Ani telah melakukan Orasi Ilmiah Guru Besar, Sabtu (30/1) di Kampus IPB Darmaga, Bogor.

 

Ia menuturkan, jika satu burung liar dari Indonesia Timur didatangkan ke tempat kita maka itu berarti 10 temannya mati. Mati dalam perjalanan akibat kurang makan. “Kalau mau pelihara burung jangan pilih yang dari alam,” ujarnya.

 

Burung spesial, paruhnya seperti gading gajah, paruh diambil dijadikan botol kecil atau hiasan. Bahkan ada burung dari Indonesia yang paruhnya diambil untuk diperjualbelikan. Harga paruhnya 100 ribu rupiah per gram. “Burung ini dibantai, di China. Saya cari burung ini di lapang susahnya bukan main, tapi mereka mendapatkan segitu banyaknya,” imbuhnya.

 

Maka dari itu, untuk melindungi populasi burung Prof. Ani dan tim peneliti di Fahutan IPB memetakan lanskap burung di Indonesia. Tim  membagi lanskapnya menjadi empat bagian yakni lanskap utuh, kombinasi, terfragmentasi dan relik.

 

“Lanskap relik itu jumlah pohonnya hanya 10 persen. Ini menunjukkan dominasi manusia. Kalau banyak manusia maka hutan kalah,” ujarnya.

 

Dari keempat lanskap tersebut, Prof. Ani membagi burung menjadi tiga golongan yakni burung yang memiliki karakter avoider, adapter dan exploiter.

 

“Contoh burung avoider adalah burung julang. Jika di lapang kita masih bisa menemukan burung ini, maka hutan tersebut masih bagus kualitasnya. Karena burung ini termasuk burung yang setia kepada pasangannya. Contoh burung yang adapter adalah burung kutilang. Dan contoh burung exploiter yang suka dengan keberadaan manusia adalah burung gereja,” terangnya.

 

Dari tiga tipe tersebut, Prof. Ani membuat tiga strategi menjaga populasi burung di Indonesia, yakni lindungi, maintain dan kontrol. Untuk burung avoider cara menjaganya adalah dengan perlindungan undang-undang. Untuk burung adapter cara perlindungannya adalah dengan membuat habitat yang ramah burung. Selanjutnya, untuk burung eksploiter diperlukan monitoring dan kontrol karena bisa membludak.(zul)