PROVIBIO IPB Mampu Turunkan Penggunaan Pupuk Kimia Hingga 50 %

PROVIBIO IPB Mampu Turunkan Penggunaan Pupuk Kimia Hingga 50 %

Riset

Pada hari Sabtu pagi, 2 November 2013, terlihat pemandangan tidak biasa di Desa Sidomulyo, Kecamatan Bangsal, Mojokerto, Jawa Timur. Ratusan manusia lalu lalang. Umbul-umbul dan spanduk selamat datang dipasang. Anak-anak sekolah berbaris rapi dengan bendera Merah Putih di tangan. Mewakili berbagai kelompok tani Mojokerto dan sekitarnya, para petani hadir dengan wajah antusias. Keramaian ini merupakan bagian dari ajang “Panen Raya Kedelai” yang diselenggarakan Kementerian Pertanian RI.

 

Rangkaian kegiatan dengan tema “Komersialisasi Teknologi Pupuk Hayati Unggulan Mendukung Ketahanan Pangan" ini diinisiasi Konsorsium Pupuk Hayati Unggulan Nasional (KPHUN) yang terdiri atas berbagai unsur yakni: IPB, Komite Inovasi Nasional (KIN), Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) dan Badan Penelitian dan Pengembangan, Kementan RI. Salah satu icon dalam kegiatan tersebut adalah pupuk hayati hasil inovasi Institut Pertanian Bogor (IPB), PROVIBIO IPB.

 

Rektor IPB, Prof. Dr Herry Suhardiyanto dalam kesempatan tersebut menyatakan, IPB akan terus berupaya memberikan yang terbaik bagi petani sebagai salah satu konstituen IPB.  Berbagai inovasi telah dihasilkan IPB untuk membantu petani keluar dari berbagai permasalahan yang selama ini mendera. Salah satunya, ketergantungan terhadap pupuk. IPB juga akan terus mendorong upaya-upaya inovatif yang bisa digunakan dan dikerjasamakan dengan petani. Sebagai apresiasi, Menteri Pertanian RI, Suswono, berjanji akan membantu menyebarluaskan teknologi dan distribusi serta turut serta mensukseskan pengembangan jaringan produksi PROVIBIO IPB di tingkat petani. Selain itu, juga dijanjikan alokasi anggaran untuk produksi dan pemanfaatannya dalam skala nasional.

 

Hadir di acara tersebut Peneliti sekaligus Inventor PROVIBIO IPB, Prof. Dr. Dwi Andreas Santosa. Dosen Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, IPB yang dikenal dekat dengan petani ini menuturkan dengan tegas bahwa PROVIBIO IPB merupakan pupuk hayati terbaik berdasarkan hasil kajian Kementerian Pertanian tahun 2011-2013. Hasil uji-coba skala demplot, demarea dan skala besar oleh petani di ratusan hektar lahan di Pulau Jawa menunjukkan bahwa PROVIBIO IPB mampu menurunkan penggunaan pupuk kimia hingga 50 persen tanpa menurunkan hasil. Pupuk ini mampu meningkatkan produksi padi sebesar 1-3 ton GKP per hektar. Sementara itu, di musim tanam pertama 2013, petani di Situbondo yang tidak menggunakan PROVIBIO IPB mengalami gagal panen hingga 50 persen, akibat serangan hama dan penyakit. Dengan demikian, PROVIBIO IPB selain menurunkan kebutuhan pupuk kimia dan meningkatkan hasil panen juga mampu melindungi tanaman dari serangan hama serta penyakit.

 

Prof. Andreas menambahkan bahwa ke depan produksi PROVIBIO IPB akan berada di tangan petani.  IPB hanya akan memproduksi kultur induknya, mengawal dan mendampingi petani serta menjadi penguji mutu PROVIBIO  IPB  yang diproduksi petani/kelompok tani. “Saya perkirakan sekitar 80% keuntungan dari hasil memproduksi dan memasarkan PROVIBIO IPB akan berada di tangan petani. Saat ini sudah dibentuk jaringan produksi di tingkat petani/kelompok tani di empat provinsi, yaitu Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan Jawa Timur,” ujarnya. Prof. Andreas meyakinkan bahwa pemakaian PROVIBIO IPB dalam skala nasional akan mampu meningkatkan produktivitas padi sekitar 10–20% sehingga swasembada beras di tengah keterbatasan lahan diharapkan bisa tercapai.

 

Sebatas informasi, pupuk hayati yang awalnya bernama PROBIO ini, kini berubah nama menjadi PROVIBIO. Pergantian nama ini terkait pendaftaran merek PROBIO yang tidak disetujui oleh Kementerian Hukum dan Hak Azasi Manusia (Kemenhumham) karena mengandung kemiripan nama dengan produk lain yang sudah terdaftar.

 

PROVIBIO IPB mengandung  sembilan mikroba bermanfaat, yakni bakteri penambat N2 (Azospirillum lipoferum ICBB 6088 dan Azobacter vinelandii ICBB 9098), bakteri bintil akar (Bradyrhizobium japonicum ICBB 9251), produsen hormon tumbuh (Lactobacillus sp ICBB 8808), mikrob anti bau (Saccharomyces cereviseae ICBB 8808), perombak selulosa (Microbacterium lacticum ICBB 7125), perombak lignin (Phanerochaete sp. ICBB 9182), dekomposer (Paenibacillus macerans, ICBB 8810) dan bakteri antihama (Bacillus thuringiensis ICBB 6095).

 

PROVIBIO IPB sudah diujicobakan pemanfaatannya dalam budidaya berbagai komoditas, diantaranya: padi, cabai, jagung, kedelai, bawang, kentang dan kelapa sawit dengan dosis 7 liter per hektar untuk tanaman semusim. Sedangkan  untuk tanaman tahunan dan perkebunan dosisnya 10–20 liter per hektar tiap 3 bulan. PROVIBIO IPB juga efektif digunakan untuk mempercepat proses pengomposan dari hitungan bulan menjadi hanya 2 minggu. Kementerian Pertanian sudah melakukan uji-coba PROVIBIO IPB di berbagai lokasi, yakni Kalimantan Selatan, Jambi, Lampung, Jawa Barat, Banten, Jawa Tengah dan Jawa Timur. (***ddh)