Rendang Bakso Kelinci Bawa Mahasiswa IPB Sabet Juara 2 Business Model Canvas SWAP 2018
Menjadi seorang pebisnis, kini menjadi trend di kalangan mahasiswa, tak terkecuali mahasiswa Institut Pertanian Bogor (IPB). Berbagai batu loncatan pun dilakukan, salah satunya dengan mengikuti lomba Business Plan.
Tiga mahasiswa IPB, Intan Nur Afanti, Teuku Muhammad Azmi, Naufal Nur Mahdi berhasil menyandang gelar juara dua dalam Bussiness Model Canvas SWAP 2018 yang di selenggarakan di IPB padaakhir April lalu.
Ide mereka adalah membuat rendang bakso kelinci. Ide ini muncul karena daging yang ada di pasaran dianggap mengandung banyak kolestrol (daging sapi dan ayam). Faktor harga juga menjadi pertimbangan, sehingga mereka memakai daging kelinci.
“Konsumsi daging seperti ayam dan daging sapi itu banyak kolestrolnya. Maka dari itu, kita mengira-ngira daging apa yang bisa dimakan orang yang mempunyai kadar kolestrol rendah. Nah dari situ, kita putuskan untuk membuat rendang bakso dari daging kelinci. Selain itu juga, harganya lebih terjangkau daripada daging sapi,” kata Intan Nur Afianti, mahasiswa dari Departemen Agribisnis.
Teuku Muhammad Azmi menjelaskan kandungan lemak daging kelinci ini lebih rendah dari daging ayam dan sapi. Yaitu sebesar 53 mg/100 gr, sedangkan daging sapi dan ayam memiliki kandungan lemak sebesar 58 mg/100 gr dan 105 mg/ 100 gr.
Lebih lanjut Intan Nur Afianti menambahkan, penggunaan daging kelinci ini, sebagai solusi untuk beberapa umat agama yang mengharamkan untuk mengonsumsi daging sapi.
Alasan lainnya mereka membuat produk berupa rendang bakso adalah kecintaan masyarakat Indonesia pada bakso.
“Menurut penelitian, bakso itu merupakan makanan yang disukai di Indonesia. Selain itu, kenapa dibumbui rendang, karena rendang itu sendiri masuk ke dalam 50 makanan terlezat di dunia, dan masukurutan nomor satu menurut poling CNN,” kata Intan.
Produksi kelinci pedaging yang tinggi, memungkinkan untuk mengembangkan bisnis rendang bakso kelinci dalam skala besar. Di sisi lain, produksi rendang bakso kelinci apalagi jika bisa menjadi trenakan mendorong para peternak untuk berternak kelinci karena permintaan akan daging kelinci meningkat.
“Produktivitas kelinci pedaging itu cukup tinggi, karena dalam sekali peranakan bisa 10 sampai 12 ekor. Untuk waktu panennya juga relatif sebentar, yaitu sekitar 2 – 2,5 bulan. Jika ini berkembang,nantinya akan mendorong peternak untuk lebih mengembangkan ternak kelinci,” kata Teuku Muhammad Azmi.
Menurut mahasiswa IPB ini, produknya akan mendapat tempat di pasar karena menyuguhkan inovasi baru. Produk ini akan mereka arahkan ke sektor oleh-oleh.
“Produk kami ini akan dapat bersaing di pasaran karena kami menyuguhkan sesuatu yang unik dan baru. Pangsa pasar untuk produk kami pun akan lebih berfokus pada sektor oleh-oleh. Karena kami mengolahnya menjadi rendang bakso kering,” kata Intan yang sudah tampak jiwa berbisnisnya sejak kecil.
Ke depannya, Intan, Azmi dan Naufal akan mengembangkan bisnis rendang bakso kelinci ini dengan mencari para investor agar usaha mereka terwujud dalam skala besar.(Ath/Zul)