IPB Resmikan Laboratorium Riset Biosafety Level 3, Pertama di Indonesia

IPB Resmikan Laboratorium Riset Biosafety Level 3, Pertama di Indonesia

ipb-resmikan-laboratorium-riset-biosafety-level-3-pertama-di-indonesia-news
Prestasi

Institut Pertanian Bogor (IPB) resmikan Laboratorium Riset Biosafety Level 3 (BSI3), hasil kerjasama  Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB –  Riset Science and Technology Research Partnership for Sustainable Development  (SATREPS). Acara berlangsung di Aula Jannes Humuntal Hutasoit, Kampus IPB Dramaga, Bogor (8/5). 

Laboratorium ini diresmikan dalam mendukung program pemerintah. Kerjasama melalui skema Program SATREPS dengan judul “Ecological Studies on Flying Foxes and Their Involvement in Rabies – Related and Other Viral Infectious Diseases” yang dilaksanakan oleh IPB dan perguruan tinggi di Jepang (Nagoya University, Yamaguchi University dan Tokyo University of Agriculture and Technology) yang didukung Japan International Cooperation Agency (JICAA) dan Japan Agency for Medical Research and Development (AMED).

Rektor IPB, Prof. Dr. Herry Suhardiyanto menyampaikan terimakasih atas fasilitasi yang telah diberikan perguruan tinggi di Jepang. Rektor mengatakan, kerjasama IPB dengan perguruan tinggi Jepang telah terjalin erat, terbukti dengan banyaknya alumni IPB yang menyelesaikan studi di Jepang  dan jumlahnya pun  yang terbesar dibandingkan kerjasama IPB dengan perguruan tinggi luar negeri lainnya. 

Wakil Dekan Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB, Prof. Dr. drh. Agus Setiyono mengatakan, kerjasama ini meliputi bidang penelitian, pendidikan dan pengembangan kapasitas peneliti dan akademisi dalam bidang kajian penyakit infeksi virus, terutama rabies yang bersumber pada kalong (Pteropus Vampires).

Ditambahkannya, laboratorium ini memiliki keamanan level 3 terkait risiko tertular dan terkontaminasi infeksi. Makin kecil level keamanan laboratorium maka makin longgar perlindungannya. Laboratorium seperti ini  merupakan pertama di perguruan tinggi di Indonesia, bisa men-screening langsung berbagai virus dan patogen.

Acara peresmian dihadiri oleh perwakilan Kedutaan Besar Jepang di Indonesia, Kozo Hensei; Badan Penelitian dan Pengembangan Obat-obatan Jepang (AMED), Prof. Kiyoshi Kita; Kepala Perwakilan Japan International Cooperation Agency, Naoki Ando; Kepala Penasihat Proyek dari Universitas Nagoya, Prof. Eiichi Hondo; Penasihat dari Universitas Yamaguchi, Prof. Ken Maeda; serta Penasihat Proyek dari Universitas Pertanian dan Teknologi Tokyo, Prof. Tetsuya Mizutani.(dh)