Bahas Rumpon Hanyut, Prof Indra Jaya Hadiri Special Session of the IOTC di Kenya

Bahas Rumpon Hanyut, Prof Indra Jaya Hadiri Special Session of the IOTC di Kenya

bahas-rumpon-hanyut-prof-indra-jaya-hadiri-special-session-of-the-iotc-di-kenya-news
Berita

Prof Indra Jaya, Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK) IPB University yang saat ini menjabat sebagai Ketua Komisi Kepatuhan the Indian Ocean Tuna Commision (IOTC) membahas rumpon hanyut dalam Special Session of the IOTC di Kenya, beberapa waktu lalu.

“Special session seperti namanya, merupakan pertemuan dengan topik yang mendesak untuk diselesaikan. Tujuan dari agenda kali ini adalah menetapkan tindakan konservasi dan pengelolaan rumpon, hal ini terkait rumpon hanyut yang dioperasikan di Samudera Hindia,” ujar Prof Indra.

Seperti yang diketahui, lanjutnya, rumpon telah banyak digunakan untuk kegiatan penangkapan ikan, dan saat ini banyak dimanfaatkan dalam penangkapan tuna tropis dengan menggunakan purse seine. Rumpon juga menyumbang hampir 35 persen tangkapan tuna tropis dan 45 persen tangkapan cakalang di Samudra Hindia.

“Naasnya, pemanfaatan rumpon dalam kegiatan penangkapan ikan tengah menjadi sorotan akibat adanya peningkatan signifikan dalam jumlah dan perkembangan teknologi. Serta adanya kemungkinan dampak buruk yang mungkin ditimbulkan oleh tren ini terhadap dinamika stok ikan dan juga ekosistem lautan,” jelasnya.

Pada kenyataannya, imbuhnyam tangkapan tuna tropis terus meningkat dengan status tuna sirip kuning dan tuna mata besar tergolong dalam keadaan overfishing. Selain itu, penggunaan rumpon hanyut memberikan dampak ekologis di Samudera Hindia, salah satunya terjadi penangkapan juvenil tuna, tangkapan bycatch species, dan polusi bahan rumpon hanyut yang tidak biodegradable.
 
“Sehingga hal ini menjadi concern mendalam untuk segera dicari solusi bersamanya seperti apa,” jelasnya.  Selanjutnya, pada agenda Consideration of Management Measures, tim yang diketuai oleh Indonesia dan beranggotakan Bangladesh, India, Pakistan, Madagascar, Malaysia, Maldives, Mozambique, Somalia, South Africa, dan Sri Lanka memaparkan proposal terkait strategi manajemen rumpon hanyut bertajuk On Management of Drifting Fish Aggregating Devices (DFADs) in the IOTC Area of Competence.

Adapun beberapa solusi dan konsesi yang diusulkan terkait dengan pengelolaan rumpon hanyut di Samudera Hindia, antara lain menghilangkan ambiguitas dan meningkatkan manajemen, meningkatkan transparansi, serta mengurangi dampak terhadap spesies langka, terancam punah, dan dilindungi serta keanekaragaman hayati.

Prof. Indra berharap, dengan dilakukannya pengesahan laporan sesi khusus ke-6 IOTC mampu diimplementasikan secara efektif untuk memastikan keberlanjutan perikanan tuna tropis purse seine dan ekosistem laut yang terkait. (RAT/Zul)