Chitosan Tingkatkan Mutu Agar-Agar Kertas Asal Garut
Agar-agar kertas sudah cukup lama dikenal masyarakat Indonesia. Agar-agar kertas berbentuk batang, kertas maupun tepung (powder). Kualitas agar-agar ini masih belum mampu bersaing dengan produk impor di pasar domestik apalagi di pasar internasional. Maanfaat yang diperoleh produk agar-agar ini sangat melimpah, kandungan karbohidrat yang tinggi sangat baik untuk membantu proses pencernaan. Agar-agar kertas juga menjadi bahan baku industri tekstil, kosmetik, farmasi, kertas, fotografi dan cat.
Sekarang ini, usaha pengolah agar-agar kertas menghadapi beberapa kendala diantaranya efesiensi dan mutu produk. Sebuah industri agar-agar kertas membutuhkan Kalium Hidroksida (KOH) yang berfungsi meningkatkan gel strenght. Harga bahan kimia ini sangat tergantung dari nilai dolar, sehingga perubahan nilai tukar sangat berpengaruh terhadap kelangsungan proses produksi pengolahan agar-agar kertas. Harga KOH pada tahun 1995 berkisar Rp 1.500/kg. Harga ini meningkat hampir 10 kali lipat menjadi Rp 10.000/kg.
Agar kualitas produknya bersih, putih dan punya daya saing ekpor, para pengolah menggunakan peroksida H2O2 (peroksida) untuk pemutih. Di dunia perdagangan keberadaan H2O2 dalam bahan pangan dilarang. Senyawa kimia H2O2 menyebabkan karsinogenik. â€Oleh karena itu diperlukan upaya menekan biaya produksi sekaligus dapat meningkatkan mutu produk agar-agar yang dihasilkan,†ungkap Sugeng Heri Suseno, Peneliti Departemen Teknologi Hasil Perairan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB.
Sugeng tak sebatas berbicara saja. Dia telah melakukan penelitian tentang ’Pemanfaatan Abu Gosok dan Khitosan Sebagai Upaya Peningkatan Mutu dan Efesiensi Pada Pengolahan Agar-Agar Kertas ’. Lokasi penelitian Sugeng di Pameungpeuk, Garut Jawa Barat. Sugeng memanfaatkan abu gosok sebagai sumber kalium. Persediaan limbah abu gosok cukup melimpah dari sisa pembakaran kayu (perusahaan pembuatan genteng).
Standar mutu agar-agar kertas dibagi tiga kategori meliputi mutu I (putih bersih, tidak mudah robek, agak kusam, sedikit sekali terdapat kotoran dari sisa hasil penyaringan), mutu II (putih agak kekuningan, cukup tipis, rupa agak kotor, keruh dan kusam, terdapat kotoran dan sisa hasil penyaringan), dan mutu III (Kuning kecoklatan, tebal, berkerut, rupa kotor, sangat kusam, terdapat banyak kotoran dan endapan hasil penyaringan). Salah satu cara alternatif yaitu menggunakan khitosan yang bersifat adsorben (menyerap) pengotor dari agar-agar kertas sehingga didapatkan produk agar-agar kertas yang berkualitas aman bagi konsumen.
Hasil penelitian Sugeng menunjukkan, perlakuan abu gosok 30% dan khitosan 0,6 % mampu menghasilkan kekuatan gel (gel strenght) lebih tinggi dibandingkan dengan kontrol (Kalium Hidroksida), sehingga perlakuan ini bisa diaplikasikan pada pengolahan agar-agar kertas. Perlakuan demikian ternyata juga mampu mempengaruhi organoleptik , kekuatan gel, kadar sulfat, serat makanan dan rendemen agar-agar kertas. Tekstur dan warna agar-agar kertas hasil peenlitian sama dengan produk agar-agar kontrol. (ris)