MENYIKAPI FENOMENA HEWAN LIAR TURUN GUNUNG, IPB Turunkan Tim Khusus, Bukan Indikasi Gunung Meletus

MENYIKAPI FENOMENA HEWAN LIAR TURUN GUNUNG, IPB Turunkan Tim Khusus, Bukan Indikasi Gunung Meletus

Berita

Fenomena satwa liar turun gunung di lereng Gunung Gede dan Pangrango mendapat perhatian serius. Salah satunya dari Institut Pertanian Bogar (IPB). Para peneliti di kampus pertanian ini menduga fenomena yang terjadi di Kampung Tugu Utara, Cisarua, Puncak ini disebabkan kerusakan ekosistem di kawasan Puncak Glinting.

Hal itu diungkapkan Kepala Pusat Penelitian Lingkungan Hidup IPB Prof Dr Ir Dedi Soedarma. Dia berpendapat, jika binatang liar sudah mulai berani keluar dari habitatnya adalah sesuatu yang istimewa. “Saya melihat kejadian itu akibat rusaknya hutan lindung di lereng Gunung Gede,” ungkapnya saat ditemui di Kampus IPB Darmaga, Bogor, (28/4).

Lebih jauh dia menjelaskan, sumber makanan para hewan tersebut semakin menipis. Akibatnya, satwa liar itu mulai bergerak meninggalkan habitatnya. Makanya, wajar bila satwa liar itu turun gunung.

Kendati begitu, Dedi menerangkan fenomena itu sepatutnya perlu diwaspadai. Apalagi saat ini di Puncak banyak satwa jenis monyet (lutung dan surili) ditemukan turun gunung secara berkelompok.

Jumlahnya pun mencapai ratusan ekor. Biasanya habitat satwa yang dilindungi itu di lereng gunung, tapi sekarang satwa tersebut sudah berani bersinggungan dengan manusia. “Jadi aneh jika mereka ini ada di Jalan Raya Puncak. Pasti itu ada sesuatu yang perlu diwaspadai,” terangnya.

Atas dasar itu, sambung Dedi, IPB dalam hal ini Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) dan Lembaga Pusat Studi Satwa Primata (PPSP-IPB) bersama sama instansi terkait akan meneliti fenomena tersebut. “Saya sendiri besok pagi rencananya akan berangkat bersama tim kami untuk melihat langsung ke lokasi. Mudah-mudahan dalam waktu dekat, fenomena alam ini bisa segera terjawab,” tandasnya.

Di bagian lain, Kepala Badan Meteorologi dan Geofisika (BMG) Stasiun Klimatiologi Darmaga Bogor Ir, Widiastuti mengatakan, BMG Bogor belum menemukan adanya indikasi akan terjadinya letusan Gunung Gede Pangrago maupun Gunung Salak. Meski warga sekitar gunung mengaku merasakan adanya getaran (lini).

“Dari pengamatan kami, gempa skala kecil itu masih disebabkan adanya pergeseran lempengan bumi (tektonik). Tetapi kalau gempa vulkanik (gunung api) kami tidak memiliki alat untuk itu dan itu juga di luar wewenang kami di sini,” terangnya.

Hal senada juga disampaikan Kasi Data dan Informasi Stasiun Klimatologi Darmaga Bogar II Alidya. Dia mengatakan berdasarkan data pengamatan cuaca dan suhu udara di Bogor saat ini masih terpantau normal. “Data di kami suhu dan curah hujan di Bogor saat ini masih tergolong cukup normal, sekitar 25 derajat Celsius dan terpanas 31,9 derajat Celsius,” tuturnya.

Pemyataan Kepala BMG Bogor tersebut juga diperkuat dengan keterangan yang disampaikan Kepala Pengamat Gempa Bumi dan Gerakan Tanah dari Lembaga Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi Jawa Barat Ir Surono.

“Kami belum melihat adanya aktivitas dari reaksi kawah Gunung Gede maupun Gunung Salak yang sekiranya mengkhawatirkan,” katanya. Dia menduga satwa liar yang turun gunung itu hanya ‘untuk mencari makan. Meski dia mengakui Gunung Pangrango termasuk gunung berapi yang aktif. (aris basuki/man)