Evaluasi Tiga RUSNAS IPB

Evaluasi Tiga RUSNAS IPB

Berita

Riset Unggulan Strategis Nasional (RUSNAS) pengembangan industri kelapa sawit  khususnya industri hilir kelapa sawit telah mendekati selesai.  Tujuan RUSNAS ini sebagai bahan masukan  (policy instrument) pemerintah untuk mengatasi masalah perkelapasawitan Indonesia. " RUSNAS ini  meningkatkan daya saing Indonesia dalam perkelapasawitan dunia melalui pengembangan industri hilir," kata Koordinator RUSNAS Industri Hilir, Dr. Ir. Dede R Adawiyah, M.Si dalam Evaluasi RUSNAS Rabu (21/5) di Gedung Andi Hakim Nasoetion Kampus IPB Darmaga.

 

Hasil capaian RUSNAS ini berupa produk-produk penelitian meliputi tribologi (kajian biodiesel, standard biodiesel, pelumas food grade), surfaktan emulsifier, nutraceutical (konsentrat karotenoid, mikroenkap- sulasi), dan oleofood (lipase, alternatif pengganti cocoa butter). Ke depannya, RUSNAS ini merambah penelitian dan pengembangan industri hulu kelapa sawit. "Pengembangan penelitian industri hulu kelapa sawit ini berdasarkan pengamatan kebutuhan pasar dan industri sawit Indonesia," imbuh Staf Pengajar Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Fakultas Teknologi Pertanian IPB tersebut.

 

Dr. M. Rahmad Suhartanto, Peneliti Pusat  Kajian Buah-Buahan Tropika (PKBT) IPB mengatakan tujuan RUSNAS buah yakni mengembangkan teknologi berbasis riset untuk menggerakkan agribisnis buah-buahan tropika dengan penekanan pada pemuliaan tanaman dan perakitan teknologi. Varietas unggul buah-buahan tropika untuk konsumsi segar dan olahan. Teknologi (pembibitan, produksi dan pasca panen) untuk menghasilkan buah dengan tingkat keseragaman, produktivitas dan kualitas yang tinggi. "Hasil RUSNAS ini diperoleh varietas unggul  diantaranya manggis, pepaya, nenas, dan pisang," kata Dr. Suhartanto.

 

Varietas unggul manggis hasil RUSNAS diantaranya manggis Puspahiang, manggis Wanayasa, dan manggis Malinau. Varietas unggul pepaya yakni pepaya kecil ( Arum Bogor dan IPB3), pepaya medium-besar (prima Bogor, IPB 9, IPB 6C) dan pepaya untuk papain (wulung bogor).  Varietas unggul pisang yakni rajabulu kuning. Varietas unggul nenas antara lain delika subang dan mahkota bogor.

 

"Kami telah mengembangkan teknologi perbanyakan bibit antara lain: dengan disain kebun produksi benih pepaya, teknologi penyimpanan benih pepaya, metode perbanyakan in vitro pisang (rajabulu, kepok kuning, mas jember, dan tanduk), bakteri endofitik penginduksi pengakaran manggis dan perbanyakan bibit nenas secara konvensional dengan stek daun," jelas Dr. Suhartanto.

 

Dalam RUSNAS buah ini juga telah dikembangkan teknologi produksi lapang meliputi: penentuan kebutuhan pupuk (status hara) yang tepat untuk tanaman nenas dan manggis, acuan pemupukan kalium pada pisang rajabulu, dan  memperkecil ukuran mahkota nenas.

 

Teknologi-teknologi lain yang berhasil dikembangkan seperti pengendalian hama masing-masing varietas unggul, perpanjangan daya simpan, penundaan kematangan pisang, penyimpanan dan sebagainya.

Tim ini telah melakukan uji coba teknologi penanganan pasca panen nenas untuk ekspor dua kontainer 20 ton ke Korea (Juli 2007), satu kontainer 20 ton ke Iran (September 2007), dan dua kontainer 20 ton ke Iran (November 2007).

 

Hasil RUSNAS Diversifikasi Pangan Pokok dipresentasikan Dr.Ir. Ratih Dewanti Haryadi, Peneliti Southeast Asian Food and Agriculture  Science and Technology  (SEAFAST) Center IPB. Skenario dan asumsi produk unggulan RUSNAS ini  yakni harus sesuai trend pasar, terakumulasi  hasil penelitian bahan baku jagung, ubi kayu, ubi jalar dan sagu. Syarat produknya dikonsumsi terus menerus sesuai trend, permintaan tinggi, entry barrier rendah, efek multiplikasi sosial tinggi. Disamping pangan pokok alternatif masuk dalam menu.

 

Untuk riset ubi jalar difokuskan pada  masukan kebijakan pemerintah, teknologi pengolahan, fungsional kesehatan (indeks glisemik, prebiotik), teknologi produksi, dan rekayasa sosial. Produk ubi jalar yang dikembangkan antara lain: tepung ubi jalar, sweet potato flakes, dan berbagai produk olahan tepung ubi jalar (kue tradisional, kukis, cake, ice cream). Tepung ubi jalar ini diproduksi BUMP Cibungbulang dan pernah dikomersilkan di  Bellanova.

 

Untuk riset  singkong difokuskan pada  masukan kebijakan pemerintah, teknologi pengolahan, dan scale-up. Produk singkong yang telah diproduksi antara lain tiwul instan, cassava plus, Modified Cassava Flour (MOCAL/MOCAF) dan produk olahan tepung MOCAF ( kue tradisional,  kukis, cake,mie instan ). Tepung ini sudah diproduksi di Trenggalek. "Keberhasilan produksi MPCAF karena dukungan penuh Bupati Trenggalek," kata Dr. Ratih.

 

 

Untuk riset jagung difokuskan pada masukan kebijakan pemerintah, teknologi pengolahan, scale-up,  fungsional kesehatan (indeks glisemik), dan keamanan (aflatoksin). Produk jagung yang telah dikembangkan antara lain: jagung sosoh pratanak "Relle Gati" (bassang instan), nasi jagung instan, mie jagung, mie instan jagung dan show case mie jagung-Bogor.

 

RUSNAS diversifikasi pangan tahun 2008 ini ditekankan untuk difusi teknologi antara lain: pertama, penataan kelembagaan, alih teknologi dan manajerial di BUMP Cibungbulang (tepung ubi jalar); kedua, penyempurnaan teknologi pengeringan di Klaster Trenggalek (MOCAF); ketiga, diseminasi teknologi pengolahan basang instan untuk UKM Takalar; keempat, penyempurnaan teknologi proses dan scale-up mie instan jagung serta "show case" mie jagung.

 

Usai presentasi ketiga RUSNAS yang dimoderatori Dr. Aunuddin tersebut, Mantan Deputi Kementerian Riset dan Teknologi, Prof. Tien Muchtadi menyampaikan penghargaannya terhadap IPB yang telah diberikan kepercayaan untuk mengelola tiga RUSNAS sekaligus. "Keberhasilan IPB murni karena komitmen peneliti IPB selama ini dalam pengembangan riset, ilmu dan teknologi bagi masyarakat," kata Prof. Tien.

 

Prof. Safrida Manuwoto menyarankan agar Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (LPPM) IPB mengkoordinasi temuan-temuan RUSNAS tersebut dengan peneliti-peneliti lain di IPB sehingga hasil penelitiannya bisa saling melengkapi.  "LPPM bisa memetakan kepakaran peneliti di IPB dan bidang-bidang penelitian yang tergarap. Informasi ini penting untuk keperluan menghubungkan penelitian dengan pihak yang membutuhkan," jelas Prof. Safrida. Acara  evaluasi RUSNAS ini dibuka Rektor IPB, Dr. Herry Suhardiyanto. (Ris)