Chairul Tanjung: Tahun 2030, Indonesia Diprediksikan Menjadi Negara Maju

Chairul Tanjung: Tahun 2030, Indonesia Diprediksikan Menjadi Negara Maju

DSC_0050
Berita

Indonesia diperkirakan menjadi negara maju di tahun 2030 dan masuk dalam lima terbesar negara maju. Hal ini diutarakan Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN),drg. Chairul Tanjung, M.B.A, dalam Dies Natalis Ke-47 Institut Pertanian Bogor (IPB) Selasa (5/10), di Kampus IPB. Chairul Tanjung mengatakan, untuk menuju ke tahap itu, pertumbuhan dan transformasi ekonomi harus dilakukan secara bertahap. Tahap pertama merupakan tahap pembenahan yang dimulai dari sekarang hingga 2015. ”Di mana di tahap ini kita menggalakkan pertumbuhan ekonomi berkisar antara 5-7 persen,” paparnya.

Setelah masa pembenahan, kata drg.Chairul, Indonesia masuk ke tahap kedua, yakni akselerasi. Tahap ini dimulai dari tahun 2015 hingga 2025. Nanti akan muncul industrialisasi dan implementasi yang memadai di Indonesia dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 9-11 persen per tahun. Lalu, di tahun 2025-2030, Indonesia mulai masuk ke tahap berkelanjutan. ”Di mana pertumbuhan dan kontribusi sektor jasa tinggi dan melebihi industri sehingga Indonesia menjadi kelompok negara maju,” jelasnya.

Chairul Tanjung mengutarakan, cita-cita sebagai negara maju ini bisa direalisasikan. Asalkan pemerintah dan masyarakat mampu membenahi tiga pilar penting dalam negara. Pertama, terkait pembangunan sumber daya manusianya sendiri. Bagaimana SDM yang ada bisa ditingkatkan secara kualitas dan kuantitas. Kedua, terkait pengelolaan kekayaan alam. Di mana pemanfaatan kekayaan alam dibuat dengan persepsi proses produksi berkelanjutan. Serta ketiga, terkait pengelolaan pembangunan oleh pemerintah. ” Kalau ini terpenuhi, ketiga pilar ini bisa mewujudkan Indonesia maju dan berperan penting di tataran dunia,” katanya.

Menanggapi tentang perlukah ada nasionalisasi beberapa perusahaan pengembang sumber daya alam di Indonesia agar mimpi ini terlaksana, Chairul Tanjung mengatakan, “Bisa saja! ‘Tak bisa dipungkiri ada kesalahan masa lalu yang terjadi. Ini bisa kita koreksi dengan pembicaraan dan negosiasi ke depan.”

Dalam sambutannya, Rektor IPB, Prof.Dr.Herry Suhardiyanto, M.Sc IPB mengatakan telah 47 tahun berkiprah dan menorehkan sejarah baik dalam bidang pendidikan maupun pembangunan pertanian dalam arti luas. IPB pernah berperan penting dalam program revolusi hijau, khususnya dalam menginisiasi konsep Bimas hingga implementasinya yang melibatkan para mahasiswa untuk turun ke lapangan. “Pada tahun 1971, konsep Koperasi Unit Desa (KUD) lahir berbarengan dengan konsep UPGK sebagai implikasi dari penerapan konsep BIMAS.  Pada tahun 1973, IPB kembali membuat sejarah dengan lahirnya indikator pengukuran kemiskinan dari Prof. Sajogyo yang masih digunakan hingga sekarang,” papar Rektor.

Selama setahun terakhir ini  IPB telah membuktikan diri sebagai pusat unggulan (center of exellence) yang mampu mencetak prestasi-prestasi nasional dan internasional. Beberapa diantaranya adalah pada tahun 2009, prestasi sangat membanggakan diraih oleh dosen dan peneliti IPB dalam Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa tahun 2009 dengan kategori bidang Teknologi (penghasil Hak Paten), bidang Varietas Tanaman (penghasil Hak PVT), dan bidang Ilmu Pengetahuan (penghasil Hak Cipta). Dari 21 inventor dan peneliti penerima Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa tahun 2009 dari pemerintah RI, lima diantaranya adalah dosen/kelompok dosen dari IPB. Selain itu, dari 16 sisanya, 7 diantaranya adalah mahasiswa dan alumni IPB. Sehingga kalau ditotal, dari 21 inventor penerima Anugerah Kekayaan Intelektual Luar Biasa tahun 2009 terdapat 12 inventor adalah berasal keluarga besar IPB.

Prestasi lainnya adalah dalam penghargaan Indonesian Scholar Dissertation Award (ISDA) dari Ford Foundation (USA), suatu penghargaan kepada mahasiswa doktoral yang mengajukan proposal riset disertasi terobosan dan bermanfaat besar bagi masyarakat, Alhamdulillah, dari 21 (dua puluh satu) orang peraih prestasi tersebut 6 (enam) diantaranya adalah mahasiswa Program Doktor IPB.  Ini adalah jumlah terbanyak jika dibandingkan dengan perguruan tinggi lainnya. IPB juga telah membuktikan diri sebagai perguruan tinggi yang inovatif. Beberapa waktu lalu, dosen-dosen IPB kembali mendominasi daftar Karya Inovatif Indonesia Paling Prospektif Tahun 2010 hasil seleksi Bussiness Innovation Center (BIC) dan Kementrian Riset dan Teknologi RI, yaitu dari 102 karya inovatif, 49 invensi (atau hampir 50%) adalah karya-karya dosen IPB. Prestasi ini mengukuhkan pencapaian prestasi yang sama pada tahun-tahun sebelumnya. Seperti kita ketahui, sebelumnya, IPB telah berhasil mendominasi 101 Karya Inovatif Indonesia Paling Prospektif Tahun 2009 yaitu tercatat dengan 24 karya inovatif dan juga  mendominasi 100 Karya Inovatif Indonesia Paling Prospektif Tahun 2008 tercatat dengan 21 karya inovatif. Penghargaan ini merupakan wujud dari komitmen IPB untuk menghadirkan karya-karya inovatif terbaik dari hasil-hasil riset dan pengembangan teknologi bagi bangsa Indonesia.

“Segenap warga IPB patut berbangga atas capaian-capaian prestasi tersebut. Pretasi ini memang sangat membanggakan. Namun, segenap warga IPB tidak boleh puas sampai pada capaian tersebut saja. Kita harus terus mencetak prestasi-prestasi yang lebih hebat dan kontributif terhadap bangsa dan negara. Peringatan Dies Natalis ke-47 kali ini merupakan wahana yang tepat untuk meneguhkan komitmen tersebut, untuk terus mencari dan memberi yang terbaik bagi masyarakat, bangsa dan negara,” urai Rektor. (ris)