Purnabakti Prof. Jajah Koswara, Peneliti Jagung Hibrida Pertama Indonesia

Purnabakti Prof. Jajah Koswara, Peneliti Jagung Hibrida Pertama Indonesia

Berita

Setelah 40 tahun bertugas sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) dan dikenal sebagai  peneliti jagung hibrida pertama di Indonesia dengan sifat tahan penyakit bulai dan hasil tinggi, tiba saatnya purnabakti bagi Prof.Dr.Ir. Jajah Koswara. Penelitian jagung hibrida ini kemudian membawa Prof. Jajah memperoleh Medali Ilmu dari Menteri Pendidikan dan Budaya Republik Indonesia tahun 1987.

Ketika itu, sangat sulit mendapatkan dana penelitian. Proses pemuliaan tanaman pun dilakukan dengan cara konvensional. Menyilangkan satu varietas jagung dengan varietas lain. Pengalaman Prof. Jajah sebagai peneliti dan merasakan sendiri sulitnya memperoleh jaminan dana untuk penelitian multi tahun yang sangat diperlukan dalam penelitian pertanian, mendorongnya untuk memberi kesempatan bagi banyak peneliti muda untuk bisa meneliti. Inilah yang mengawali lahirnya hibah kompetitif dari Dikti,  dimana Prof. Jajah mengemban jabatan sebagai Direktur Pembinaan Penelitian dan Pengabdian pada Masyarakat, Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan selama tiga belas tahun.

 Guru Besar Departemen  Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor (IPB) ini juga membidani lahirnya berbagai program di tingkat nasional. Program-program tersebut antara lain; Pertama, sistem Kompetisi berbagai Hibah Penelitian untuk Peneliti Pemula dan Lanjut, diantaranya hibah bersaing, hibah penelitian dasar dan hibah pekerti. Kedua, pengembangan Program Pendidikan dan Penelitian di Pascasarjana (URGE), meliputi : Center Grant, Hibah Tim Penelitian, Program untuk Tenaga Akademik Muda, Beasiswa Unggulan di dalam Negeri, Pendidikan Pra-Pasca di dalam Negeri, Program Sandwich, Program Jurnal Ilmiah, Program Seminar Internasional, Program Keterpautan Penelitian, dan Program Hibah Penelitian Kolaborasi. Ketiga, penerapan teknologi tepat guna dan wawasan entrepreneur. Keempat, income Generating Activities. Kelima, program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Keenam, Intelectual Property Rights Activities. Ketujuh, sinergi Pemberdayaan Potensi Masyarakat (Sibermas). Kedelapan, sistem Akreditasi Jurnal Ilmiah Nasional.

            Kegiatan penelitian multi tahun Hibah Bersaing mulai terasa dampaknya dan menjadi kebanggaan tersendiri bagi para penerima hibah maupun bagi tim reviewer-nya. Sampai saat ini, Hibah Bersaing merupakan kegiatan yang prestisius dan para peneliti mempunyai kebanggaan khusus jika lolos seleksi dan usulannya  didanai.

"Program penelitian kompetitif melalui Dikti selain ditujukan bagi terciptanya budaya meneliti serta terbentuknya kapasitas peneliti bermutu di perguruan tinggi, juga agar dapat membantu kegiatan pendidikan dan hasil yang diperoleh dapat dikembangkan untuk digunakan oleh masyarakat," kata Prof. Jajah dalam acara Purnabhaktinya yang kemudian dilanjutkan Seminar Nasional Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif  bertajuk ‘Peningkatan Perolehan Hak Kekayaan Intelektual dari Hasil Penelitian yang Dibiayai oleh Hibah Kompetitif' Rabu(1/8) di Auditorium Thoyyib Hadiwijaya Kampus IPB Darmaga. Dalam acara tersebut Prof. Jajah meluncurkan buku "Pelajaran Hidup yang Tak Pernah Usai: Jalan Masih Panjang".    Anggota Global Scientific Committee of the UNESCO Forum on Higher Education, Research and Knowledge ini menorehkan catatan yang cukup panjang mengenai pelajaran hidup yang ia peroleh selama menjadi mahasiswa dan awal karir sebagai dosen.

            Sebelum tahun 1988, kegiatan penelitian pada beberapa perguruan tinggi besar diperoleh melalui penyisihan sebagian dana SPP mahasiswa dan dibagikan secara ‘merata' kepada para dosen. Tentu saja jumlahnya sangat terbatas, sehingga kegiatan penelitian yang dapat dikerjakan pun terbatas.

            Indikator tentang respon staf perguruan tinggi terhadap program yang ditawarkan, tidak hanya dapat diamati dari jumlah proposal per perguruan tinggi yang masuk dan berapa yang didanai, tetapi juga dari berapa perguruan tinggi yang mengirimkan proposal. Pada awal tahun 1990-an hanya sejumlah PTN dan sekitar 15 PTS yang mengirimkan proposal, tetapi pada tahun 2001 ada 60 PTN dan 103 PTS yang mengirimkan proposal.

Untuk melindungi varietas tanaman hasil penelitian Indonesia, Departemen Pertanian Indonesia telah membentuk Pusat Perlindungan Varietas Tanaman.  "Dengan perlindungan varietas tanaman yang diberikan peneliti berhak menggunakan sendiri hasil temuannya baik untuk tujuan komersiil atau masyarakat dan berhak memberikan izin bagi pihak lain dengan tetap mendapatkan royaltinya," jelas Direktur Pusat Perlindungan Varietas Tanaman, Ir. Hindarwati, M.Sc.

Sementara itu, Ketua Panitia Seminar Nasional, Dr.Ir.Yudiwanti menambahkan, saat ini IPB telah mendaftarkan beberapa  varietas tanaman. "Hari ini kami menerima penyerahan pendaftaran varietas tanaman IPB diantaranya empat varietas cabai dengan nama  IPB CH 1, IPB CH 2, IPB Ch 3 dan IPB Ch 4, dua varietas nenas dengan nama V4 dan V 49, dua varietas melon dengan nama Snow White Meta dan Bright Meta, serta tiga varietas pepaya dengan nama IPB 2, IPB 10 dan Arum Bogor," tutur Staf Pengajar Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian IPB ini.

Kegiatan ini dibuka Rektor IPB, Prof.Dr.Ir. Ahmad Ansori Mattjik dan Dirjen Dikti Depdiknas, Prof.Dr. Satryo Soemantri Brojonegoro sebagai Keynote Speaker. Seminar diikuti 95 pemakalah dari berbagai peneliti perguruan tinggi negeri dan swasta di seluruh Indonesia. (Ris/Nm/nUr)