Telur Ayam yang Mengandung Imunoglobulin Y Epec dapat Cegah Diare

Telur Ayam yang Mengandung Imunoglobulin Y Epec dapat Cegah Diare

Berita

Diare, merupakan penyakit nomor tiga di Indonesia yang bisa menyebabkan kematian bila tidak segera ditangani dengan baik, namun hasil riset sejumlah peneliti di Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui penggunaan telur ayam yang mengandung “Imunoglobulin Y” (IgY) anti “Entero Patogenik Escherichia Coli” (EPEC) K.1.1, ternyata cukup efektif untuk mencegah terjadinya diare.

“Kesimpulan hasil penelitian yang kita lakukan, selain coli, telur ayam yang mengandung IgY juga mampu mengendalikan bakteri lain, seperti `salmonela` dan lainnya,” kata Prof Dr drh Fahcriyan Hasmi Pasaribu, ketua sekaligus juru bicara tim peneliti kepada pers di Kampus IPB Darmaga Bogor, Selasa.

Para peneliti lain di dalam tim Lembaga Penelitian dan Pemberdayaan Masyarakat (LPPM) IPB itu adalah Dr drh I Wayan T Rimbawan, MS, Dr dr Sri Budiarti Poerwanto dan Dr drh Rudy Rawendra, M.App.Sc.

Menurut Fachriyan Hasmi Pasaribu, penelitian tersebut sudah berlangsung selama dua tahun, dan melalui hasil laboratorium maka selain mampu mencegah diare, efektivitas pada asam lambung ternyata masih bisa membunuh bakteri, demikian pula pada tes enzim.

“Saat ini tinggal uji lapangan saja, dan prinsipnya sudah siap untuk dilakukan,” katanya.

Mengenai bagaimana mekanisme dan cara kerjanya, ia menjelaskan bahwa vaksin “whole killed cell” EPEC yang disuntikkan secara “intravena” dengan “booster” pada minggu kedua dan ketiga pada ayam petelur membentuk respon anti-bodi di dalam kuning telur, dimana level dan kecepatan pembentukan anti-bodi optimal dipengaruhi oleh dosis vaksin yang digunakan.

Penggunaan dosis vaksin 2,0 ml, memberikan respon yang lebih tinggi dan lebih cepat dibanding dosis 1,0 ml.

“Aktivitas netralisasi antibodi yang terbentuk akan mengalami penurunan (24 persen) setelah IgY dipisahkan dari komponen kuning telur lainnya dan dikering-bekukan,” kata mantan Dekan Fakultas Kedokteran Hewan (FKH) IPB itu.

Ia mengemukakan, IgY “WSF” (bagian fraksi kuning telur yang larut di air) pada kuning telur beku yang diproduksi dengan tambahan biaya 6,3 persen sampai 16,7 persen dari biaya produksi telur, menunjukkan efikasi dalam menghambat pertumbuhan EPEC pada media TSB, perlekatan EPEC pada sel kultur HEp-2, perlekatan pada lesi A/E intestinal anak kelinci yang diinfeksi EPEC.

Efektivitas IgY dalam menghambat perlekatan EPEC pada sel kultur HEp-2 dan sel epitel intestinal, katanya, ternyata lebih baik dibandingkan dengan efek penghambatan pertumbuhan pada media TSB maupun dalam menghambat kejadian lesi A/e pada sel epitel intestinal anak kelinci yang diinfeksi EPEC.

Menurut dia, efikasi IgY WSF kuning telur kering beku anti EPEC dipengaruhi oleh dosis dan frekuensi yang lebih lama.

Di bagian akhir, Fachriyan Hasmi Pasaribu menambahkan bahwa penelitian lanjutan berupa uji-tantang di lapangan perlu dicoba pada daerah endemik EPEC dengan memberikan IgY WSF kuning telur kering beku anti EPEC yang dicampur dengan komponen pangan lainnya.

“Penelitian tersebut tidak menimbulkan risiko toksik dan aman meskipun menggunakan dosis berlebihan,” katanya.

Ia juga menambahkan bahwa setelah pemaparan hasil riset itu, salah satu pejabat dari Bekasi langsung meresponsnya untuk aplikasi hasil penelitian tersebut di daerah tersebut.

“Kemungkinan di Bekasi ada daerah endemik diare yang cukup banyak sehingga ada yang langsung tertarik untuk melakukan semacam `pilot project`,” katanya. (antara/pur/man)